Tanamanasli terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga. Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia.
OlehIvan Rivan Firdaus, SMP islam Al-Fadlillah,Tobongjaya “Kiwari nangtukeun jaga, kade hirup kudu nyiar elmu, mun geus boga elmu turutan pare, beuki eusian beuki tungkul” Suatu hari dan entah kapan tepatnya kakek saya berkata seperti demikian. Yang kalau diartikan kira-kira seperti ini “Apa yg kita lakukan sekarang akan menentukan hasil di masa depan, hidup harus mencari ilmu, kalau sudah dapat ilmunya contohlah padi, semakin berisi semakin merunduk” Bagi saya kalimat tersebut memiliki makna yang sangat dalam, selain itu pengaplikasiannya akan sangat sulit dilaksanakan. Namun saya mencoba untuk mendefinisikannya versi pribadi saya dan mencoba menerapkannya pada diri sendiri, anak-anak, keluarga dan mencoba menjadikannya sebuah program di sekolah yang saya pimpin saat ini SMP Islam Al-Fadlillah. Makna yang saya dapatkan setidaknya ada tiga, yaitu Mempersiapkan diri, menuntut ilmu, dan tawadhu’. Mari kita bahas satu per satu. Pertama, Mempersiapkan benar sekali bahwa saat ini kita harus serius mempersiapkan diri dalam menyongsong masa depan baik untuk kehidupan di Dunia maupun kehidupan di Akhirat. Jangan sampai apa yang terjadi di masa depan, kita sesali akibat dari kurang maksimalnya usaha kita saat ini. Usaha dalam hal belajar, usaha dalam hal ibadah dan usaha lainnya. Kedua, Menuntut IlmuApapun bisa kita lakukan dengan ilmu, tapi tentu haruslah ilmu yang positif yang harus kita pelajari. Ketiga Tawadlu. Tawadhu’ artinya merendahkan diri atau rendah hati. Tawadhu atau rendah hati merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong kedalam akhlak terpuji. Tawadhu dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah dihadapan Allah dan hamba-hamba Allah SWT. Yakni suatu sifat mulia yang menjadikan seseorang tidak merasa lebih baik, lebih hebat, lebih tinggi, atau lebih segala-galanya daripada orang memiliki ilmu ini butuh proses panjang dan perlakuan yang sangat serius. Oleh karenanya saya mencoba menerapkan program sekolah yang menyeimbangkan antara pelajaran akademik dan pelajaran keagamaan secara benar dan kaffah menyeluruh. Dengan demikian outpun yang dihasilkan merupakan insan yang berilmu tinggi dengan tetap memiliki sifat tawadhu’. Jadi memang tidak ada salahnya kita belajar dari padi dalam hal ini, yang semakin berisi semakin merunduk yang memiliki makna berilmu tetapi tetap tawadhu’. Semoga bermanfaat dan dari diri pribadi izinkan saya mengucapkan ”SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL, 02 MEI 2020”,Semoga pendidikan Indonesia semakin maju.Red Post Views 504
Ilmupadi bukanlah ilmu dalam arti sebenarnya, tetapi merupakan suatu pandangan filosofi hidup pada masyarakat Asia Tenggara,, yang diilhami dari perkembangan bulir padi sejak berbunga hingga bernas bulirnya. Ungkapan lengkapnya berbunyi "Bagaikan padi, semakin masak semakin merunduk." Makna dari ungkapan ini adalah manusia tidak layak untuk bersikap angkuh atau sombong karena usia atau
Oleh Ustadz Saryanto Abu Ruwaifi’ ILMU ibarat rembulan yang menyinari di kala malam yang sepi. Maka perhiasan terindah seorang penuntut ilmu adalah ilmu yang terpuji Bila Anda seorang pria maka jadikanlah hiasan ilmu sebagai pusaka terindah dalam hidup Anda. Dan bila anda seorang wanita maka jadikanlah butiran-butiran perhiasan ilmu itu sebagai akhlak mulia. Tiada keraguan dan kegamangan bahwa orang yang berilmu memiliki banyak tsaqofah wawasan dan apabila ia bertambah ilmu, maka ia bertambah tawadhu rendah hati, sebagaimana ilmu padi, makin berisi makin merunduk. BACA JUGA 3 Keutamaan Tawadhu… Orang yang berilmu dan memiliki iman lebih tinggi derajatnya dari orang yang hanya diberi iman saja. Ia dianugerahi ilmu yang terpuji, sebagai perhiasan utama dalam hidup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rah berkata “Tiada keraguan bahwasanya orang yang diberi ilmu dan iman itu lebih tinggi daripada orang yang diberi iman saja, sebagaimana ditunjukkan oleh Alquran dan Sunnah. Dan ilmu yang terpuji yang ditunjukkan oleh Alquran dan Sunnah adalah ilmu yang diwariskan oleh para Nabi. Sebagaimana sabda Nabi SAW إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ؛ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِرْهَمًا وَلَا دِيْنَارًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ . “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dirham ataupun dinar, akan tetapi mereka itu hanyalah mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, dia telah mengambil bagian yang banyak.” HR. Abu Dawud no. 3641 dan At–Tirmidzi no. 2682, status hadits hasan lighairih. Tahukah Anda bahwa ilmu yang membuat pemiliknya laksana ilmu padi itu ada tiga macam Jenis pertama Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya serta segala hal yang terkait itu. Oleh karenanya, Allah menurunkan surat Al Ikhlas, Ayat Kursi, dan semisalnya untuk menjelaskan ilmu ini. Jenis kedua ilmu tentang apa yang Allah kabarkan, berupa perkara yang telah lewat, perkara yang akan terjadi di masa mendatang, dan perkara yang terjadi saat ini. Oleh karenanya, Allah menurunkan ayat-ayat kisah, janji, ancaman, sifat Jannah dan Neraka, serta semisalnya. Jenis ketiga ilmu tentang apa yang Allah perintahkan, tentang perkara-perkara yang terkait dengan hati dan anggota badan, tentang iman kepada Allah, pengetahuan tentang hati dan keadaannya, ucapan dan amalan anggota badan. Ilmu tercakup di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah Islam. Termasuk juga di dalamnya ilmu tentang ucapan-ucapan dan perbuatan lahiriyah semisal apa yang ditemukan dalam kitab-kitab ahli fiqh, ilmu tentang hukum-hukum perbuatan lahiriyah, dan sebagainya. Majmu’ Al-Fatawa, hal. 396-397 BACA JUGA Ilmu telah Menghalangiku untuk Membunuhmu Seseorang yang diberikan tambahan ilmu dan keimanan yang kuat tetap akan tegar dan tak mampu diterjang oleh ombak lautan ganas. Badai yang terus berembus hanyalah cobaan yang siap ia lalui. Maka begitulah orang yang perhiasannya berupa ilmu yang terpuji, orang tersebut terus tawadhu akan kebesaran Rabbnya, sebagaimana ilmu padi. Maka benarlah sang pujangga, “Bagai ilmu padi, ilmu yang bermanfaat yang dicari semata-mata mengharap wajah Allah Ta’ala akan membuat pemiliknya semakin tawadhu di hadapan orang lain, tidak merasa lebih hebat dibandingkan orang lain. Sebagaimana Ibnu Rajab pernah mengatakan, “Di antara tanda orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat adalah ia tidak memandang dirinya memiliki status atau kedudukan khusus. Hatinya membenci rekomendasi dan sanjungan orang. Ia juga tidak takabbur sombong di hadapan orang lain.” Fadhlu Ilmis Salaf alal Khalaf, hal. 31 Menuntut ilmu adalah sebuah ibadah yang sangat mulia. Ilmu adalah kunci pembuka untuk amalan-amalan lainnya. Karena dengan ilmu, seorang hamba bisa mengetahui bagaimana seharusnya dia beribadah kepada Rabb-nya, mengetahui apa saja kewajiban yang harus ia jalankan, serta mengetahui apa saja larangan yang harus ia jauhi. Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua. Wallahu a’lam. [] SUMBER BIMBINGAN ISLAM
Esay"Pertanian Islam: Konsep dan Paradigma" adalah bagian dari buku Antologi Esay 20 Karya Terbaik AGRINOVA Ke-6 2019, Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB. Judul bukunya "Membangun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pemerintahan yang kuat adalah mereka yang disiplin dalam mengolah komoditas pangannya-Maryoto 2009Sebagai orang Indonesia, kita tentu akan mengakui jika beras adalah makanan pokok yang lebih sering kita santap ketimbang makanan pokok lainnya, seperti singkong, cantel, jagung, ubi, jejawut, atau pun sagu. Kita mungkin bingung dan bertanya-tanya, mengapa kita orang Indonesia sangat menggandrungi beras sebagai makanan pokok, padahal makanan pokok yang ada di bumi Indonesia teramat banyak dan tidak melulu soal beras. Ternyata, ketergantungan kita terhadap beras, menurut Maryoto 2009 tidak lepas dari pengaruh dan campur tangan politik pangan sejak ratusan tahun yang lalu. Ada berbagai catatan sejarah yang mampu menjelaskan hal ini. Salah satunya adalah catatan sejarah dari Kesultanan Mataram Islam, yang memiliki hikayat tentang komodifikasi beras sebagai alat politik dan menjadi salah satu agen dalam melegitimasi menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia hingga sekarang. Sejarah Masuknya Beras ke Nusantara Sebelum masuk lebih jauh pada pembahasan itu, ada baiknya jika kita terlebih dahulu memahami sejarah tentang masuk serta berkembangnya tanaman padi di bumi Nusantara. Sejarah kehadiran padi di Indonesia dapat ditelusuri jejaknya dari sebuah penelitian budaya yang dilakukan oleh Hendrik Kern. Menurut JC Anceaux dalam Maryoto 2009 21-22, penelitian Kern berusaha mencari tahu akar dari bahasa Melayu Kuno, bahasa leluhur bangsa Melayu dan Indonesia modern. Dalam penelitiannya, Kern menemukan bahwa kata padi, khususnya beras telah digunakan oleh para penutur di bagian Barat Austronesia, yang merupakan asal wilayah leluhur bangsa Melayu. Bukti inidiperkuat ketika dalam penelitiannya, Kern menemukan kata "beras" di Indonesia dengan kata "bras" yang umum digunakan oleh para penutur dari wilayah Tibet, memiliki arti dan maksud yang sama, yakni tanaman seralia berwarna putih yang disantap sebagai makanan pokok. Kata "bras" dalam bahasa Tibet kemungkinan berasal dari serapan bahasa penutur bagian Barat Austronesia. Maryoto 2009, menjelaskan kedua bangsa itu Austronesia dan Tibet kemungkinan bertemu di satu tempat yang berlokasi di sekitar wilayah Asia Tenggara, di mana mereka saling bertukar komoditi hasil bumi dan membawa serta berbagai ilmu pengetahuan tentang pertanian, seperti cara bercocok tanam, cara memahami cuaca, cara membudidayakan tanaman, dan lainnya. Namun, ada pendapat lain yang di utarakan oleh Koentjaraningrat 1984, yang menjelaskan kebudayaan bercocok tanam yang diterapkan di Indonesia banyak mengadopsi metode pertanian yang berasal dari daerah Birma Myanmar Utara, yang kemudian metodenya banyak menyebar ke wilayah-wilayah Asia Tenggara, seperti Semenanjung Melayu Malaysia hingga ke Nusantara, lengkap dengan modifikasi metode yang disesuaikan dengan keadaan geografis sekitarnya. Penggunaan teknologi pun tidak lepas dari pengaruh legitimasi budaya asing. Menurut Boomgaard 2003, penggunaan teknologi untuk bercocok tanam padi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh metode bercocok tanam padi bangsa Kalinga, yang berasal dari wilayah India bagian Selatan, atau tepatnya berasal dari Negara Bagian Tamil Nadu sekarang. Bangsa Kalinga membawa teknologi pertanian berupa ladang yang dialiri oleh air secara periodik atau yang kita kenal dengan sawah. Alat-alat dalam metode pertanian masa lampauDok. Pribadi/Thomas Panji Teknologi ini diberikan oleh bangsa Kalinga yang berasal dari kasta Brahmana, yang memang terkenal sebagai kasta dengan kecerdasan dan kecakapan pengetahuannya yang tinggi Ambarwati, 2019. Sejarah transfer teknologi pertanian dan metode bercocok tanam ini, ternyata dibahas secara lengkap dalam kitab Negarakertagama, kitab milik Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut, dituliskan bahwa Raja Hayamwuruk memanggil rakyatnya untuk membabat hutan dan mengubahnya menjadi sawah. 1 2 3 4 Lihat Sosbud Selengkapnya
1DINAMIKA SOSIOEKONOMI PADA ILMU EKONOMI ISLAM KLASIK (Kajian Pemikiran M. Umer Chapra dalam bukunya The Future of Economics An Islamic Perspectif ) Author: Surya Atmadjaja. 32 downloads 124 Views 402KB Size. Report. DOWNLOAD PDF. Recommend Documents. PEMIKIRAN EKONOMI M. UMER CHAPRA .
PASIRPENGARAIAN – Saya tegaskan “Adat bangsa Melayu hanya dapat tegak dengan sebab adanya orang-orang yang masih mengekalkan berladang padi”. Sendi-sendi adat ada terhimpun pada kerja bertanam padi itu. Bangsa Melayu bangsa beradat dan bersyariat, bukan adat semata-mata. Berhati-hatilah bila kita bersinggungan dengan adat, apalagi melangkahi syariat hukum Allah. Bila dikatakan orang bahwa berladang padi bukan bagian adat Melayu di Sungai Rokan, orang itu tidak berhak berbicara karena dia sama sekali tidak tahu. Bila tuan berkesempatan keluar dari pintu rumah, maka jejakkan telapak kaki tuan tanpa alas ke atas paras tanah bumi Melayu, lalu angkat kaki tuan sebelah. Jika terdengar oleh tuan dan puan, dulu debu tanah itu berkata “ini tanah bumi Melayu, tanah mulia anugerah Allah”, maka silahkan tersenyumlah, bahwa senyatanya tuan InsyaAllah beroleh selamat dunia akhirat. Itulah bumi yang telah memberi insan makan dari tumbuhnya padi dan berladang padi yang dikekalkan ribuan tahun. Berladang padi harus menurut aturan sepanjang adat. Saya akan tunjukkan beberapa buku dan ruas pemaparan, dan harus dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kita yang mengaku berbangsa Melayu, beradat Melayu dan beragama Islam. Atau kepada siapa saja, tanpa terkecuali suku dan bangsanya, yang hidup dan bernaung di Alam Bumi Melayu ini wajib tahu jua adanya. Tak pilih apakah dia jelata rakyat atau penghulu pemimpin dan pandita ulama. 1. “Boladang padi, dari ikuo taun kopalo taun” berladang padi sejak dari ekor tahun kepala tahun; bersambung-sambung setiap tahun. Apa maknanya?; bahwa berhentilah meniru ucapan kolonial yang mengatakan Melayu bangsa pemalas. Menebang rimba gana dengan peralatan sederhana bukan mesin dan memelihara ladang padi hingga menuai selama enam bulan penuh. Enam bulan selanjutnya pula berparak berkebun segala macam jenis tanaman. Baik berladang maupun berkebun tiada pernah menimbulkan kerusakan apapun karena ianya diatur oleh adat dan syari’at! Komparasikan oleh tuan dengan cara pertanian dan perkebunan kontemporer. Adakah mempertimbangkan azas adat dan syari’at? 2. Tapak lapan orang Melayu adalah “berladang padi”. Maknanya; tapak lapan bangsa Melayu bukan niaga, bukan makan gaji, bukan membangun perkebunan besar-besaran, bukan menjulangkan gedung tinggi-tinggi, bukan duduk di jabatan pemerintahan, bahkan sama sekali bukan dengan cara menjajah dll. Makna tapak lapan adalah; mata kerja pilihan utama yang tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan. Dibenarkan melakukan pilihan aktifitas lain, namun tapak lapan harus tetap ditunggui. Berladang padi adalah pokok pangkal aktifitas kebudayaan Melayu yang paling bersahaja dan mengusung tabi’at yang bersih. Mengapa tapak lapan Melayu ini sekarang dilarang? 3. Jatuhlah musim berladang pada Zulka’idah dengan Zulhijjah. Apa hakikatnya? Bulan Zulka’idah dan Zulhijjah masuk dalam tiga urutan bulan-bulan haram dalam Islam, dimulai dengan Muharram. Bulan suci lagi penuh kemuliaan di dalamnya. Amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Di dalamnya ada larangan berperang tidak boleh berselisih faham apalagi melakukan tindakan zholim aniaya, baik kepada sesama manusia maupun hewan dan tumbuhan segala makhluk Allah. Keutamaan lainnya adalah bahwa Allah berjanji bersua dengan Musa AS pada bulan Zulka’idah hingga masuk sepuluh malam dalam bulan Zulhijjah. Bulan Zulhijjah adalah bulan haram dan bulan suci dalam urutan ketiga selain Rajab yang dimaklumi oleh segenap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dalam bulan ini tiada boleh memaki hamun, mencerca mencela, berbuat fasik, atau bersitegang urat leher. Maka, orang-orang Melayu mulai membuat mufakat untuk membuka ladangnya dengan menurut aturan sepanjang adat pada Zulka’idah dan atau Zulhijjah!Adapun makna Zulka’idah adalah “penghulu gencatan senjata” dalam arti lain adalah “penghulu perdamaian” lord and master of peace. Jika kita berkehendak membuat symbol of Malay justice and peace seharusnya adalah memakai ikon benih padi, bukan lady of justice yang bertutup mata seolah tak perlu tahu menahu menggenggam pedang perang beserta neraca timbangan niaga. 4. “Bukan kayo dek omeh dan perak, kayo dek boreh padi” bukan kaya karena emas dan perak, tapi kaya beras padi. Apa i’tibarnya? Sekaya-kaya orang sebab niaga dan perkebunan atau pertambangan, tiada semulia kaya sebab melimpah beras dan padi. 5. Disebut negeri sentausa karena “anak buah kembang, padi menjadi”. Maksudnya? Bangsa Melayu sentausa dan dirahmati Allah sebab diadakannya “jasa beras padi”, tanggungan nasi yang menumbuhkan dan memelihara insan. Makanan dari bumi dan sebab curah hujan dari langit. “Makan petani” adalah istilah kebudayaan yang teramat sangat mulia. Sebab “makan petani” ini pula maka dalam bangsa Melayu lahir para wali-wali Allah, para tuan syaikh, tuan-tuan guru, mursyid-mursyid, akuan-akuan, orang-orang keramat, orang-orang sholeh, raja-raja adil, bangsawan bermartabat, datuk dan ninik mamak yang penyayang kepada seluruh anak kemenakannya, serta melahirkan bangsa yang lembut lagi rendah hati. Itulah maka Melayu disebut bangsa yang dipenuhi oleh rahmat Allah. 6. “Nak boladang, tuntuik elemu padi” hendak berladang, tuntutlah ilmu padi. Maknanya? Berladang padi bukanlah pertanian tanpa aturan dan ilmu asal usul cocok tanam. Tidak seperti menanam kelapa sawit yang boleh dilakukan di segala musim bahkan mengusung nafsu bertanam pribadi. Berladang padi ibarat ibadah yang sudah ditetapkan Allah waktu-waktunya. Di dalamnya ada sikap hidup saling bertolong gega jopuik porari. 7. Berladang padi disebut “tunang harapan”. Artinya; sejak dahulu bangsa Melayu telah memahami urusan ketahanan pangan. Segala harapan hajat hidup teramat sangat bergantung pada sumber makanan pokok ini. Tiada tergantikan oleh sagu rumbia, ubi dan keledek, atau jagung sekalipun. Adapun hari ini, bangsa Melayu menjadi lemah sebab tiada lagi bergantung pada azas dasar padi, melainkan pada pola perkebunan atas tuntutan industri dan project kapitalis. Alhasil, hancur lebur punah ranah hakikat dan makrifat adat sejati sebab berlebih memandang uang dan harta benda. Hajat dan harap di padi beralih menjadi harap uang dan kemuliaan sebab harta benda. Jelata Melayu hari ini masuk terpuruk dalam perangkap tradisi berhutang hanya demi sekadar memenuhi hajat hidup keseharian. Hutang sana hutang sini, gali lobang tutup lobang,bon dari kedai ke kedai, pinjam dari kawan satu ke kawan lain, harap dibantu pada kaum kerabat atau ke orang lain. 8. Bahkan raja-raja Melayu juga berladang padi. Ini adalah sejarah emas besar bangsa Melayu di Sungai Rokan. Sebab bertani itu maka seorang raja berdaulat memiliki rasa belas kasih pada rakyatnya, dan inilah yang disebut raja adil. Kehancuran peradaban Melayu mulai rusak sejak kolonial Eropa mencucuk hidung para raja, bangsawan, datuk-datuk serta orang-orang besar dengan janji dan gaji dinilai dirham dinar atau dolar benggol fulusisme. Atau hari ini sebab janji-janji semu sebelit pinggang dan selangkang kita, yang kain bongkong barutnya bergelar “kontestasi politik praktis”. 9. Orang Melayu berladang luas, disebut banjar ladang. Setiap banjar berpengetuan yang disebut penghulu banjar. Tahukah tuan bahwa perkampungan-perkampungan Melayu bahkan tapak kerajaan-kerajaan Melayu di Sungai Rokan berdiri dari bekas tanah peladangan. Maka sebab itu pranata sosial di banjar ladang sama seperti di korong kampong dan negeri-negeri jua, sebab ada bertegak pongulu penghulu, imam, kotik khotib, bila bilal, datu dan bidan. 10. Berladang padi bukan hanya soal tradisi warisan, melainkan ada perintah Allah pada orang Melayu, sekaligus dimaksudkan untuk mendukung tetap tegaknya azas adat yang bermartabat. Aturan adat ada yang lahirnya sebab disusun dari sejarah asal usul padi. Sebab itu, teramat pandirlah kita atau siapapun yang menyangka bahwa padi tidak memberi sumbangan kisah apa-apa dalam sejarah panjang adat Melayu. Berladang padi adalah nilai harga martabat yang tidak boleh digantikan dengan nilai harga yang diusung siang malam oleh masyarakat urban. 11. Tegak kepuk besar, ada harapan orang sekampung tak lapar. Terbantu tertolong orang yang solang monyolang pinjam meminjam. Amalan paling besar dalam mua’amalah humanisme adalah soal memberi makan tho’am, bukan berbagi-bagi sebaran amplop berisi uang. Makna amal shodaqoh yang utama “memberi nafkah pada keluarga” adalah; memenuhi hajat makan minum keluarganya, bukan memberi shodaqoh uang untuk memenuhi hasrat nafsu kontemporer mutakhir. Hanya saja, kita senang terlena dan rela tersesat sebab memahami adat Melayu menggunakan perspektif akademik etik, bukan melalui akar asal usul adat dan penjelasannya yang asli emik. Saya tidak hendak berpanjang lebar membuat ulas demi ulasan mengenai persoalan dan fenomena ragam insiden cobaan yang kita terima hari ini. Juga tidak terlalu berhasrat membahas penegakan hukum yang timpang dalam berbagai lapisan masyarakat kita. Akan tetapi, 11 poin dengan penjelasan ringkas tersebut setidaknya boleh menggetarkan sudut kalbu tuan-tuan pemegang jabatan atau gelar pangkat di Sungai Rokan ini. Berbuat baiklah senantiasa dan “pakai nurani” serta “neraca adil” dan “pandangan yang tak berpaling” dalam setiap tindakan pengambilan keputusan. Demikian juga pada kita bangsa Melayu hendaklah kembali ke pangkal jalan dan mengkaji usut terakah asal usul martabat bangsa Melayu. Yang saya khawatirkan hanyalah bala musibah dan bencana menimpa setiap diri, keluarga, anak cucu, dan bangsa Melayu. Sebab kita menyia-nyiakan banyak hal dan perkara manfaat kebaikan. Demikian juga kekhawatiran pada orang-orang yang tiada menghargai dan tidak pernah mau memahami martabat Melayu, pasti jua akan menerima celaka yang sama pada saatnya. Cepat maupun lambat. Tingal menunggu padahnya. Khusus untuk menutup uraian yang serba singkat ini, saya ingin menyampaikan satu kisah cerita yang mustahak, yakni soal “bencana asap”. Bahwasanya; “sejak zaman dahulu hingga tahun 1990-an, tiada pernah ada berita bencana asap dan kebakaran hutan hebat. Itu sebab dituruti dan dipatuhinya konsep ilmu padi atau ilmu berladang. Turun sejarah larangan pemerintah sebab disinyalir adanya efek dari proses membakar dan memerun. Tinggallah satu dua keluarga yang berladang demi mengelakkan “mati sengsara” sebab tak dapat makan. Sejak 1990-an hingga sekarang ada juga orang berladang padi dengan cara membakar robo reba; tebangan dengan izin sepengetahuan pihak penegak hukum, atau mereka yang sembunyi-sembunyi membakar perun-perun atau dengan cara membakar posoman perun kecil, juga orang-orang yang berselindung dibalik bayangan orang-orang bagaknya. Akan tetapi, dalam rentang masa tradisi berladang yang kini hampir tiada, malah kebakaran dan bencana asap melanda”. Silahkan renungi dan muhasabahlah wahai kita dan para pemikul tanggungjawab umat ini, siapakah penyebab bencana? Atau katakanlah bahwa “Allah tengah menguji menasihati kita Melayu, agar kembali ke pangkal jalan”. Beberapa hari yang lalu, salah seorang perempuan peladang berkata di hadapan batang hidung saya, “SUNGGUH KEJAM DAN KEJINYA SEKARANG INI!”. Akhirnya tiada patut saya hanya berbuih kata-kata tanpa solusi. “Kita mufakatkan kembali, langkah-langkah dan kebijakan demi meraih kebajikan. Mulai dari pejabat pemerintahan, kaum adat, dan penegak hukum, beserta rakyat Melayu di Sungai Rokan, menetapkan keputusan bersama dan merumuskan aturan yang tiada berat menimpa “adat anak bumi Melayu Sungai Rokan”. Ditulis oleh Junaidi-Syam, Tokoh Budayawan Rohul Pasirpengarayan, 2020
Islamtelah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M / 132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-'Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri
MUNGKIN sudah lama tanaman padi menjadi contoh klasik yang selalu diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya atau guru terhadap muridnya. Karena memang padi adalah tanaman yang banyak mengandung pelajaran. Dan jika diperhatikan lebih dalam, sejatinya dari padi kita bisa mendapatkan tiga filosofi yang bisa kita renungkan dan kita ambil pelajaran. Baiklah, inilah tiga filosofi padi; Semakin berisi semakin merunduk Merunduknya padi bisa kita analogikan sebagai sikap kepasrahan diri kepada Allah swt. Ketika dia mendapat kenikmatan maka dia akan bersyukur dan menyadari bahwa itu semua adalah keutamaan yang datang dari Allah swt. Sebaliknya, ketika dia ditimpa masalah dia akan pasrah dan tawakal. Bahwa semua kejadian berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Semua itu disikapi dengan rendah hati tanpa ada sikap sombong dan merendahkan orang lain. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati menunjukan sikap tawadhu, sementara rendah diri bersifat negatif yang menunjukan kelemahan diri seseorang. Sosok rendah hati tidak akan mau diinjak-injak harga dirinya oleh orang lain, meski dia sendiri akan selalu menghormati siapa pun. Ia akan selalu bereaksi positif terhadap orang yang menginjak-injaknya tanpa sekalipun merendahkannya. Namun orang yang rendah diri ia tidak akan bisa bangkit dan terus terpuruk ketika diinjak-injak oleh orang lain Allah berfirman di dalam Quran surat Al-furqon ayat yang ke-63 “Dan hamba-hamba Rabb yang maha penyayang itu ialah orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” Memberi manfaat kepada sesama Padi adalah makanan bahan makanan pokok yang dikonsumsi orang setelah diolah menjadi beragam jenis makanan, seperti nasi, bubur, lontong, ketupat dan lain sebagainya. Padi merupakan tanaman yang mengenyangkan orang lapar dan memberi tenaga untuk bisa beraktifitas. Begitulah sifat padi yang semestinya ditiru oleh kita. Seperti padi, hendaknya kita menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang. Ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Pintar beradaptasi Tanaman padi bisa hidup di mana saja. Padi bisa hidup di sawah, ladang, rawa atau bahkan perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah tentu saja padi tumbuh dengan baik karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang dan bebukitan, mau tidak mau padi harus beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, padi bisa ditanam saat pada musim hujan saja, itu pun tidak selalu mendapatkan air yang tergenang. Ada juga jenis padi rawa atau padi pasang surut yang tumbuh liar atau dibudidayakan di rawa-rawa. Mampu membentuk batang yang panjang sehingga bisa mengikuti perubahan kedalaman air yang sangat ekstrim. Intinya, tanaman padi mengajarkan kita untuk bisa beradaptasi dimana saja kita berada, terlebih kita adalah makhluk berakal yang tentunya bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkungan di sekitar kita. Padi mengajarkan kepada kita untuk mampu menahan gempuran cobaan. Tahan banting meski ditempatkan pada tempat yang tidak mengenakan sekalipun. Belajarlah dari padi yang membuat damai hati orang lain, terutama para petani. Dirinya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya karena memiliki ketawadhuan, rajin memberikan manfaat kepada orang lain dan mampu beradaptasi dalam kondisi apa pun. [] Kirim OPINI Anda lewat imel ke [email protected], paling banyak dua 2 halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.
Duniaekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi.Hal ini bisa dicermati mulai dari tanda yang dikenakan wajib zakat. Keempat jenis itu adalah uang, barang dagangan, hasil pertanian, seperti gandum dan padi, dan buah-buahan. ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan
25fq3. p19dnfn93c.pages.dev/274p19dnfn93c.pages.dev/226p19dnfn93c.pages.dev/240p19dnfn93c.pages.dev/458p19dnfn93c.pages.dev/92p19dnfn93c.pages.dev/418p19dnfn93c.pages.dev/169p19dnfn93c.pages.dev/535
ilmu padi dalam islam